Allah SWT mengutus Nabi Hud a.s kepada kaum ‘Aad (قوم عاد) yang menghuni daerah al-Ahqaf (أحقاف) di sekitar Hadhramaut (حضر موت), Yaman. ‘Aad, suatu kaum yang dianugerahkan kelebihan daripada segi kekuatan tubuh badan, keelokan paras rupa dan kekuasaan, namun mereka berbuat syirik dan melakukan kezaliman dan menjajah hamba-hamba Allah.
Kaum ‘Aad berkata: Siapakah yang lebih besar kekuatannya daripada kami. (al- Fussilat: 15).
وَقَالُوا مَنْ أَشَدُّ مِنَّا قُوَّةً
Seperti halnya Nabi Hud, kaum ‘Ad juga merupakan keturunan Nabi Nuh, namun mereka tidak mengakui keesaan Allah SWT meskipun Nabi Hud telah memperingatkan mereka. Oleh kerana itu, Allah SWT membinasakan mereka melalui azab-Nya.
Allah mengisahkan perdebatan antara Nabi Hud a.s dengan kaumnya menerusi firman-Nya yang bermaksud: Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum ‘Ad saudara mereka, Hud. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada AIlah bagimu selain-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?” Ketua-ketua yang kafir dari kaumnya berkata: “Sesungguhnya kami benar-benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal, dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang-orang yang berdusta.
Hud berkata: “Hai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikitpun, tetapi aku ini adalah utusan dari Rabb semesta alam.”
Mereka berkata: “Apakah kamu datang kepada kami, agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami, maka datanglah adzab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar.”
Ia (Hud) berkata: "Sungguh sudah pasti kamu akan ditimpa azab dan kemarahan dari Rabbmu. Apakah kamu sekalian hendak berbantah dengan aku tentang nama-nama (berhala) yang kamu dan nenekmu menamakannya, padahal Allah sekali-kali tidak menurunkan hujah untuk itu. Maka tunggulah (azab itu), sesungguhnya aku juga termasuk orang yang menunggu bersama kamu”. (al-'Araaf: 65-71)
وَإِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلا تَتَّقُونَ (٦٥) قَالَ الْمَلأ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ إِنَّا لَنَرَاكَ فِي سَفَاهَةٍ وَإِنَّا لَنَظُنُّكَ مِنَ الْكَاذِبِينَ (٦٦) قَالَ يَا قَوْمِ لَيْسَ بِي سَفَاهَةٌ وَلَكِنِّي رَسُولٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ (٦٧) أُبَلِّغُكُمْ رِسَالاتِ رَبِّي وَأَنَا لَكُمْ نَاصِحٌ أَمِينٌ (٦٨) أَوَعَجِبْتُمْ أَنْ جَاءَكُمْ ذِكْرٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَلَى رَجُلٍ مِنْكُمْ لِيُنْذِرَكُمْ وَاذْكُرُوا إِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاءَ مِنْ بَعْدِ قَوْمِ نُوحٍ وَزَادَكُمْ فِي الْخَلْقِ بَسْطَةً فَاذْكُرُوا آلاءَ اللَّهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (٦٩) قَالُوا أَجِئْتَنَا لِنَعْبُدَ اللَّهَ وَحْدَهُ وَنَذَرَ مَا كَانَ يَعْبُدُ آبَاؤُنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ (٧٠) قَالَ قَدْ وَقَعَ عَلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ رِجْسٌ وَغَضَبٌ أَتُجَادِلُونَنِي فِي أَسْمَاءٍ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا نَزَّلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ فَانْتَظِرُوا إِنِّي مَعَكُمْ مِنَ الْمُنْتَظِرِينَ (٧١)
Bahkan mereka meminta didatangkan azab Allah sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT yang bermaksud: Mereka menjawab “Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari (menyembah) ilah-ilah kami? Maka datangkanlah kepada kami azab yang telah kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar”.
Setelah itu Allah mendatangkan azab yang membentang di ufuk pada waktu mereka amat memerlukan hujan. Datanglah awan yang mereka anggap sebagai tanda datangnya nikmat hujan yang mereka nantikan, namun ternyata adalah azab Allah kepada mereka.
Allah SWT berfirman yang bermaksud: Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami”. (Bukan)! Bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera, (iaitu) angin yang mengandung azab yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Rabbnya, maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa. (al-Ahqaf: 24-25)
فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ قَالُوا هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا بَلْ هُوَ مَا اسْتَعْجَلْتُمْ بِهِ رِيحٌ فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٌ (٢٤) تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا فَأَصْبَحُوا لا يُرَى إِلا مَسَاكِنُهُمْ كَذَلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ (٢٥)
Dalam ayat lain, iaitu dalam surat al-Haqqah (سورة الحاقة) ayat 6-8, Allah menjelaskan keadaan mereka, yang bermaksud: Adapun kaum ‘Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kamu ‘Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tanggul-tanggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka kamu tidak melihat seorangpun yang tinggal di antara mereka.
وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ (٦) سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَى كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ (٧) فَهَلْ تَرَى لَهُمْ مِنْ بَاقِيَةٍ (٨)
Syaikh ‘Abdurrahman as-Sa’di (عبد الرحمن السعدي) mengatakan, setelah mereka menguasai dunia dan mencapai kemuliaan, semua keperluan hidup diperolehi, daerah dan kabilah di sekelilingnya tunduk kepada mereka, tiba-tiba Allah mengirim angin yang sangat dingin dan kencang saat hari-hari bencana tersebut agar mereka merasakan kehinaan di dunia dan azab akhirat lebih hina lagi.
Kaum Nabi Hud a.s dihancurkan Allah dengan angin yang sangat kencang dan cuaca teramat sejuk selama tujuh malam lapan hari, disebabkan kekufuran dan kemaksiatan mereka terhadap Allah dan Rasul-Nya.
Sumber: Utusan Malaysia. Selasa. 15/3/2011.
Comments
Post a Comment